Jumat, 19 Agustus 2016

Mempelajari Cara Anak Belajar

Innaalillaahi... betapa lemah manusia itu. Betapa ia mudah tergantung terkait apa yang tidak ia miliki.
Setelah introspeksi, saya menyadari bahwa stimulus yang saya berikan pada si Kakak setelah kepindahan kami jauh berkurang dibandingkan ketika kami tinggal di rumah lama. Setelah dirunut lagi, penyebabnya adalah karena saya memiliki penyakit ketergantungan! Subhaanalláh...
Ketergantungan apakah itu? Tak lain dan tak bukan adalah ketergantungan _browsing_. Selancar di dunia maya. Yap! Saya memang banyak mencari ide belajar maupun berkreasi dari internet. Dan saya tidak menyangka bahwa ketergantungan saya begitu besar hingga saya tidak bisa melakukan apapun tanpa 'googling'.
Begitu pindah rumah, yang letaknya lebih pinggiran dibanding rumah lama kami, salah satu aspek negatif (atau justru positif)nya adalah minimnya sinyal internet. Terlalu minim sampai-sampai pesan whatsapp pun seringkali gagal terkirim. Apalagi browsing dan download. Duh! Gigit jari, saya.
Ketika kemudian saya tidak bisa lancar berselancar di dunia maya, rasa-rasanya kepercayaan diri saya pecah jadi debu. Sebagian tertiup angin, bagian yang lain hanyut oleh air. Saya jadi tidak pede bahkan untuk sekedar memberi aktivitas sederhana untuk kakak belajar.

Duh! Kalau sudah ketemu masalahnya seperti ini, harus segera cari dan temukan solusi nih. Inti masalahnya adalah: berhenti bergantung pada internet. Karena alam adalah sarana belajar. Karena buku adalah jendela ilmu. Karena engkauibuadalah role model yang menjadi cetak biru bagi anak-anakmu.
Alhamdulillaah 'alaa kulli haal...
Beberapa waktu lalu, saya sempat bingung menentukan bagaimana atau dengan apa kakak belajar. Yaa gara-gara susah sinyal tadi, hehe. Tambah lagi, tempat tinggal saya sekarang jauh dari pusat kota. Jauh dari tempat yang menyediakan sarana prasarana belajar lengkap semacam perpustakaan, toko buku, tower, nah lho balik lagi...
Kemudian saya memutuskan untuk mencari tahu, si Kakak ini memiliki gaya belajar apa. Mengingat keaktifannya, saya rasa ia memiliki gaya belajar kinestetik. Tapi kalau mengingat ketekunannya menggambar, atau memperhatikan detil gambar pada buku yang dibacanya, saya rasa ia juga termasuk pebelajar visual.
Bagi saya, mengetahui gaya belajar anak adalah hal penting. Karena pengetahuan itu akan menjadi modal bagi saya dalam memberi stimulus, dan memberi saya ruang untuk menerima kekurangan dan kesulitannya.
Misalnya, anak visual cenderung mudah menangkap ekspresi daripada bunyi. Karena itu, akan lebih efektif untuk berkomunikasi dengannya dengan cara tatap muka dan kontak mata daripada sekedar berteriak dari jauh. Di sisi lain, saya tidak boleh lantas marah ketika omongan saya ditanggapi sepintas lalu karena saya juga ngomong selintas lalu. Sebagai gantinya, saya memangkunya sambil mengusap kepalanya dan menyampaikan maksud saya secara pelan.
Nah, enak kan, kalau bisa memahami gaya belajar dan cara belajar anak? Anak senang, ibu tenang... kurang lebih begitu, hehe

0 komentar:

Posting Komentar