Sabtu, 07 November 2015

Coretan Sang Pendekar

Alhamdulillaah, back to blog.

thepowerofkepepet masih sering berlaku untuk saya. Banyak karya yang bisa selesai justru ketika kepepet. Mungkin kondisi kepepet memaksa saya untuk bekerja, bukan hanya berencana. Berencana sih bagus. Tapi kalau rencananya terlalu ruwet, mau eksekusi banyak mikirnya. Mandeg, deh...

Ini adalah organizer untuk kertas gambar dan pensil warna berukuran kecil. Sudah lama ada niatan untuk membuatkan Huhu organizer seperti ini. Tapi yaa itu tadi, mandeg di desain.
Sampai suatu ketika, ada pengumuman dari TPQ untuk membawa perlengkapan gambar di pertemuan berikutnya. Selasa jam 16.30 TPQ dimulai, ba'da Ashr saya baru mulai potong-potong kain spunbon. Idenya datang tiba-tiba. Sederhana dan mudah dikerjakan. Kekurangannya, hasil akhirnya kurang 'mewah' karena map-nya hanya dibuat dari selapis kain sehingga bagian dalamnya tercetak jelas.


Untuk tempat pensil warna bertema 'Balon Udara', terbuat dari spunbond juga. Kemudian penutupnya berupa serut menggunakan pita satin.


Sedangkan boks penumpang balon udara terbuat dari flanel, dan difungsikan sebagai tempat rautan.


Harapan saya dengan adanya map ini, Huhu lebih rajin mengemasi alat gambarnya selepas digunakan. Tapi ternyata, dia justru semakin rajin membongkar alat gambarnya tapi masih ogah-ogahan jika diminta berkemas.
Tapi okelah, by process.

Daaan... Surprise besar ditunjukkannya ketika pulang TPQ hari itu.
Selama saya mendampingi belajarnya, saya hanya memberi contoh bagaimana mewarnai atau menggambar suatu objek (seringkali dia minta digambarkan kereta, mobil, truk pasir dan ekskavator). Saya tidak menegurnya ketika ia hanya mencoret objek yang seharusnya dia warnai. Dan Huhu selalu menolak untuk mencoba menggambar sendiri alat transpor favoritnya.
Tapi ketika dia pulang acara mewarnai di TPQ, saya mengecek pekerjaannya. Dan mendapati gambar orang yang diwarnai penuh, di dalam garis! Saya membatin,"Ah, ini pasti dibantu mbah Ti (saat itu Hihi sedang demam, jadi saya minta ibu saya untuk mengantar Huhu TPQ)".
Ketika saya konfirmasi ke ibu, beliau memang mewarnai gambar anak perempuan. Tapi Huhu sendiri-lah yang mewarnai gambar anak laki-laki.
Malam harinya, ketika Huhu lanjut mewarnai, saya melihat sendiri bahwa dia memang memblok objek gambarnya di dalam garis. Dia mewarnai, bukan mencorat-coret lagi😁😁

Dan another surprise adalah ini. Huhu menggambar. Ha!
U

Dan tak lupa, objek favoritnya



Tadinya saya kira itu gambar mobil. Tapi begitu melihat 'belalai' di salah satu ujungnya, lengkap dengan 'sendok'... itu pasti ia maksudkan sebagai ekskavator.

Fasilitasi mereka, dan mereka akan menemukan jalannya sendiri. Tidak perlu khawatir ada yang terlewat atau tidak. Selama kita menyediakan lahan, mereka pasti bisa menanam, tumbuh berkembang, dan mekar. Karena itu sediakanlah lahan yang sehat. Bukan lahan penuh hama dan gulma yang banyak ditawarkan gadget dan TV. Keep fight bunda!! Allahu ma'ak

Minggu, 01 November 2015

SajIb untuk para Gadis Manis

Alhamdulilláh... Its blogging time... Uhuk!

Setelah sebelumnya membuat SajIb (Sajadah ajaIb) untuk anak laki-laki yang bertema alat transportasi, alhamdulilláh sekarang berkesempatan merampungkan 'girly sajib' yang bertema 'kebunku'. Sajadah ini mulai digarap bulan Ramadhan, dan selesai di bulan Dzulhijjah. Ajaib bener, dah!! Tentunya proses pengerjaannya sangat bisa diakselerasi asalkan tidak takluk pada M- males... Astaghfirulláh...😭😭😭

Iyap, prinsip produk ini masih sama. Yakni sajadah 3 in 1. Praymat, play mat, goodie bag plus mini pouch dalam satu produk. Ups, barusan 4 fungsi ya... Jadi 4 in 1, dong. He he

Kebetulan SajIb for Boy akhirnya dipakai Huhu. Awalnya saya bawakan untuknya TPQ, tapi karena dia menganggap bahwa 'Bukanlah tas, sesuatu yang tidak bisa dicangklong di punggung' maka SajIb-nya murni hanya berfungsi sebagai portable playmat.
Tapi ternyata, waktu dibawa TPQ itu ada anak yang tertarik dengan SajIb Huhu dan minta dibuatkan. Dan tentu saja, sambil nyengir jaim, tawaran itu saya iya-kan😳😳😳.

Ukuran terbuka masih 30*50 cm. Covernya dari spunbon pink motif. Pouch rits mini berbentuk muslimah berkerudung pink disematkan di closure strap. Tak lupa, ada nama si pemilik di bawah strap.



Bagian dalam terpisah oleh rits menjadi bagian atas dan bawah. Bagian atas terdapat masjid dengan pohon apel dan taman bunga di depannya. Apel dan bunga dipasang dengan velcro sehingga bisa dilepas-pasang.



Salah satu bunga dipasangi peniti bros sehingga bisa dilepas dan dipakai sebagai bros.



Di bagian bawah, terdapat kolam dengan sekuntum teratai. Di belakang daun teratai ada makhluk hijau bersemayam😂. Iya, ini katak bukan Hulk. Si katak bisa dilepas dan dipasang sebagai boneka jari atau pencil topper.







Selanjutnya, ada tanama jagung, tomat dan wortel yang bisa dipanen.






Hasil panen kemudian dikumpulkan di keranjang untuk dijual di pasar.


Demikianlah reportase hari ini. Jika ada yang berminat, sila kunjungi FB Pendekar Cilik atau IG @pendekarcilik.





Minggu, 05 Juli 2015

Tempat Pensil Islami

Dimensi 20x10cm
Bahan Flanel lapis mika tipis (luar)& furing



















posted from Bloggeroid

Selasa, 09 Juni 2015

DISIPLIN, bukan DISeLIPIN

Sudah Juni saja yaa... masuk pertiga awal bulan pula.
Alhamdulilláh, 'alaa kulli haal... Masih Alláh Karuniakan usia untuk menghisab diri, dan berbenah.
Bicara masalah waktu, slalu membuat saya ingat dengan masalah kedisiplinan. Salah satu sikap hidup yang harusnya identik dengan seorang muslim: sholat di awal waktu, tertib adab, menuntut ilmu agama, dll. Bisa dibilang, disiplin itu adalah life style seorang muslim.
Meski demikian, disiplin bukanlah anugerah gratisan. Melainkan sebuah habbit yang lahir karena paksaan untuk pembiasaan. Dan itulah yang hilang dari fase awal hidup saya. Karena masa remaja saya adalah masa 'semua semau gue', jadilah disiplin itu sesuatu yang belum ada dalam diri ini sekarang. Padahal peran istri& ibu sangat membutuhkan habbit ini. Tapi its okay, saya sudah belajar memaafkan diri di masa lalu dan mengejar ketertinggalan saya sekarang. Itu yang penting, ☺

Bulan kemarin, saya sedang kembali berjibaku menyelesaikan tugas akhir agar bisa mendaftar wisuda sebelum dedek lahir. Imbasnya, pendampingan belajar Pendekar kurang terukur sehingga beberapa target belum tercapai. Jeleknya, target yang belum tercapai adalah target diniyyah...
Hafalan sambil jalan-jalan pagi urung terlaksana karena saya belum mengatur ulang jadwal pagi saya. Beberapa tugas rumah memang harus selesai sebelum shubuh jika saya beragenda mengajak Huhu jalan-jalan ba'da shubuh. Sedangkan hafalan sebelum tidur juga tidak terlaksana karena seringkali saya sudah lowbat ketika menemani Huhu tidur. Tak jarang, saya berulangkali jatuh tertidur padahal Huhu masih semangat berorasi... hehe...
Sementara ini, kemajuan yang sudah diraih Huhu adalah:
1. Hafal doa mau tidur (alhamdulillaah...♥♥)
2. Sering menggumamkan potongan surah alWaqi'ah& Nuh yang sering dia lihat dari video hape, meski lafadznya benar-benar kabur& sering dikira nyanyian...(yang penting Allah Maha Tahu, Nak...hiks)
3. Bisa mengancingkan kancing ukuran besar
4. Bisa mengenal bangun persegi& lingkaran
5. Mengenal& membedakan warna merah& hijau
6. Menggunakan gunting meski belum terampil.

Pengenalan angka juga belum bisa saya lakukan, karena terlewat perencanaannya. Sepertinya saya juga harus mencari cara agar tidak rancu antara menghitung (menyebut nama angka)& membilang (menyebut nilai suatu benda dengan angka). Karena Huhu sudah mulai bisa mengoperasikan jari-jarinya hingga membilang angka tiga.

Yaah, itu dulu progress reportnya. Saya benar-benar punya PR besar untuk mengatur jadwal& disiplin menetapinya, mengingat bahwa sebentar lagi Ramadhan (dan target amalan menggoda untuk ditunaikan) sedangkan dedek yang kami cintai pun hampir hadir. Smoga Allah Memudahkan, dan Memberkahi, dan Meridhoi... Aamiin

Disiplin itu butuh perjuangan, bukan sekedar motivasi yang diselipin kala ingat...☺






Pojok kanan bawah adalah 'lampu lalu lintas Huhu', hasil belajarnya menggambar persegi& lingkaran



Baru seneng2nya bisa menggunting, buku kerja-nya jadi korban. Belum mau diarahkan 'ini boleh digunting, itu tidak boleh', hehe

posted from Bloggeroid

Selasa, 05 Mei 2015

Belajar Bersama Batita (3B), hehehe

Alhamdulillaah, 2 tahun lebih 17 hari sudah Alláh Memberi saya kesempatan untuk membersamai Pendekar. Kalau hanya dikenang, rasanya saya kehilangan selembar buku catatan yang... bisa jadi perlu saya baca lagi suatu saat nanti. Karena itulah saya 'catat' di sini, meski tak cukup 'berbobot' untuk memuaskan kehausan akan ilmu parenting (opo tho iki...), setidaknya bisa jadi camilan kriuuuk untuk saya nikmati sendiri B-) .
Bagi saya, menjadi orangtua adalah belajar. Bukan hanya belajar menjadi orangtua yang baik, tapi juga belajar bersama& belajar dari anak kita.
Mudahnya begini: Akhir-akhir ini saya ngubek-ubek dunia parenting, aplikasi edukasi, dan sebangsanya yang sekiranya dapat membantu saya membelajarkan anak. Pada praktiknya, saya tidak pernah benar-benar sepenuhnya mengajari Huhu. Tidak semua mainan, permainan, materi yang saya sodorkan padanya diterima dan dilahap. Meskipun untuk anak lain di usianya sangat asik dengan semua hal tadi.
Huhu, sebagaimana balita lain adalah pribadi menakjubkan. Mereka independen, cerdas, gigih dan segala hal menakjubkan lain. Karena itulah mereka tidak bisa disamakan, baik itu fase tumbang-nya, makanan yang disukai, aktivitas yang diminati, apapun! Mereka unik dan sempurna sesuai fitrahnya.
Karena itulah, saya belum berani menjadwal kegiatan harian saya bersama Huhu. Tapi setidaknya, ada garis besar yang musti-kudu-harus saya rancang untuk menjadi ukuran atau bahan evaluasi dalam belajar bersamanya. Dan itulah yang hendak saya coretkan di sini.

Beberapa capaian Huhu di usia 2 tahun lebih:
1. Adab:
a. Mengucapkan 'tolong', 'maaf', 'jazaakumullóh' masih perlu dituntun
b. Mengucapkan 'amit-amit (jawa dari permisi)' sudah
c. Doa mau tidur, bangun tidur sudah punya inisiatif tapi belum bisa hafal. Doa keluar KM alhamdulillaah OK. Doa mau makan entah kenapa diselewengkan jadi 'dubilaah (a'uudzubillaah)' :-$
d. Makan, masih sambil 'menggoda' ortunya (tahu makan harus dengan tangan kanan tapi suka sengaja dialihkan ke kiri). Kadang masih sambil berdiri :'(

2. Life Skill
a. Lepas celana sendiri (tapi belum mau bilang pipis, masih sering ngompol :-! )
b. Makan sendiri
c. Mengguyurkan air dengan gayung saat mandi
d. Mengepel tumpahan minuman
e. Meletakkan piring/pakaian kotor/ sampah pada tempatnya (tapi harus dikomando dulu, "Tolong ya, kakak sholiiih...")

3. Hafalan
Untuk yang ini sepertinya saya kurang pembiasaan...:'(
Huhu suka menirukan potongan surah Al Fatihah dan anNaas yang saya bacakan setiap dia mau tidur.

4. Umum
a. Mengenal beberapa nama binatang, buah, kendaraan
b. Mengenal anggota tubuh
c. Mengenal anggota keluarga
d. Mengenal nama warna (tapi belum bisa sinkron dengan warna itu sendiri)
e. Mengenal (bukan membedakan) rasa manis, asin, pahit, pedas

Alhamdulillaah... cukup banyak ternyata. Harus disyukuri, jangan sampai alis mengkerut& dada ciut karena anak lain menguasai apa yang tidak dikuasai Pendekar.

Untuk bulan Mei, beberapa muatan diniyah (yang ternyata saya banyak tertinggal) inginnya menjadi prioritas
1. Pembiasaan shalat di awal waktu. Saya harus menggeret diri saya dulu agar bisa menjadi figur yang baik baginya
2. Hafalan surah Al-Quran. Berhubung Pendekar punya independensi aktivitas yang tidak mau diganggu gugat, harus ada momen yang pas agar sesi ini tidak ditolak. Semoga kegiatan belanja/ jalan-jalan pagi tepat untuk sesi ini.
Metode yang dipakai adalah talaqqi (diperdengarkan berulang. Saya tidak berencana untuk memintanya menirukan, karena dia sedang ada dalam fase "Im a boss" sehingga agak sulit di'komando'). Surah yang dihafalkan insyaaAlláh dari anNaas, karena lafadznya yang ber-rima sepertinya membuat Huhu tertarik mengikuti

2. Life skill
a. Potty training
KM di rumah terletak di luar bangunan rumah& berjarak agak jauh. Mungkin hal ini yang membuat Huhu 'males' pipis& lebih memilih untuk ngompol. Meski kadang, ketika dia sedang 'usil', dia tetap meminta ke kamar mandi pasca ngompol hanya agar bisa menjalani rutinitas pasca BAK/BAB: Menyiram kloset& mencuci tangan dengan sabun...hihihi. Terus terang saya belum ada solusi selain tak jemu memberi petuah. Mungkin besok-besok reward chart bisa dicoba. Bismillaah...

3. Umum
a. Memahami warna merah dan hijau. Jenis kegiatan menyusul
b. Mengetahui bangun persegi
c. Mengenal anggota keluarga: adik bayi (mengingat HPL anak kedua sebulan lagi). Selama ini dia terbiasa menjadi kakak dari seorang 'adik besar' yakni sepupu yang setahun lebih tua. Saya tidak ingin Huhu memperlakukan adiknya nanti seperti memperlakukan sepupunya, dengan mengajak gulat atau semacamnya, hiiii...
d. Saya tidak berencana mengenalkannya pada huruf abjad sebelum dia bisa membaca suku kata, maupun huruf hijaiyyah sebelum dia bisa baca tulis
e. Berhitung. Huhu bisa melanjutkan membilang angka 1-10, tapi dia belum mengenal angkanya maupun bilangannya. Bulan ini mungkin targetnya mengenal 1 dan 2

Mungkin itu dulu. Meski tampaknya sedikit, tapi untuk plin-planner seperti saya, target di atas akan sangat menghebohkan dunia persilatan. Toh, itu target minimal, bisa dikembangkan setelah diketahui progressnya.

Bismillaah...


Jumat, 24 April 2015

Frittatrial & GendError

Hari ini adalah hari kelabu bagi saya. Apa pasal? Yang pertama adalah karena cuaca memang mendung. Yang kedua, badan sedang kurang fit-pusing dan kaki kesemutan. Dan sejak kemarin, beberapa kali perut saya panas seperti mau diare. Entahlah, mungkin efek kurang olahraga. Di kehamilan kedua ini saya nyaris belum melazimi jalan pagi lagi seperti pada kehamilan pertama. Atau mungkin efek sisa-sisa begadang sepekan kemarin selama Pendekar Cilik sakit.
Yang ketiga... saya mendapati makanan sisa kemarin yang melimpah ruah... :'(
Entah apa yang saya pikirkan kemarin saat menanak nasi, sampai nasi saya mbludag. Dan lagi, kemarin sekeluarga kompakan males makan. Sayur sop pun hanya terjamah malam hari. Pendekar lebih suka makan dengan perkedel tahu seharian. Suami juga tiba-tiba ngidam gado-gado dan brambang asem untuk makan siang. Praktis, menu sehari yang pada dasarnya sudah kebanyakan, semakin terabaikan.
Jadilah, pagi ini saya nguplek-uplek sisa nasi& sop agar tidak melarikan diri ke selokan.
Nasinya saya olah menjadi gendar. Proses pembuatannya simpel, tapi berhubung saya belum pernah sekalipun melihat prosesnya, tetap saja hasilnya adalah produk gagal ,TT,... Gendar buatan saya tidak bisa kalis, cenderung lembek seperti kebanyakan air (oh... apakah engkau pada akhirnya akan berujung pada pembuangan jua?). Tapi bolehlah 'nyimpen' resepnya di sini.

RESEP GENDAR PULI
(Jika diiris tipis lalu dijemur dan digoreng akan menjadi camilan lezat bernama 'Karak')

Bahan:
1. Nasi sisa yang belum basi
2. Bawang putih
3. Ketumbar
4. Garam
5. Terasi/ ebi (opsional)
6. Tepung tapioka

Alat:
1. Magic jar
2. Ulegan
3. Baskom
4. Plastik
5. Alat pelengkap lain

Cara Membuat:
1. Haluskan bahan 2-5, larutkan, campur bersama nasi (pada tahap ini saya menambahkan terlalu banyak air untuk melarutkan bumbu sehingga mungkin menjadi penyebab utama error)
2. Kukus dengan dandang atau masak dengan magic jar
3. Tuang ke baskom/ plastik, uleg hingga lembut
4. Tambahkan tapioka sedikit demi sedikit sebagai pengenyal& pengkalis (abaikan bahasa tulis saya yang kacau).
Pembuat gendar konvensional biasa menggunakan borax/ garam blêng/ cètitét sebagai bahan pengenyal. Tapi mengingat bahayanya, peran bahan ini insyaaAlláh bisa digantikan oleh tapioka.
5. Jika sudah kalis, gendar bisa dibuat karak. Tapi saya lebih suka memotongnya agak tebal, lalu melumurinya dengan adonan tepung untuk mendoan, lalu digoreng. Lebih praktis dan tetap maknyuss (kalau saja percobaan saya berhasil, dan bukannya eror sehingga gendarnya menjadi 'genderror'...TT)

Ah, itu baru 'daur ulang' untuk nasi. Sedangkan sup yang isinya wortel, kentang, jagung pipil& bakso hanya saya permak sebagai campuran mie rebus dan dadar/ frittata.

RESEP FRITTATA ELIT (Ekonomi peLIT)

Bahan:
1. Isi sayur sop
2. Telur 1 butir
3. Tahu putih 2 buah
4. Terigu secukupnya
5. Garam halus
6. Merica bubuk

Cara membuat
1. Kocok telur, tambahkan terigu& tahu yang dihaluskan
2. Masukkan isian sop
3. Tambahkan garam& lada
4. Dadar di atas wajan yang sudah dipanaskan
5. Masak dengan api kecil sambil ditutup

NB:
Resep frittata sebenarnya menggunakan susu cair, telur yang banyak dan tanpa tahu atau terigu. Toppingny ditambah keju parut agar makin gurih. Tapi karena Pendekar baru saja sembuh diare, jadinya susu& keju saya skip. Makanya dadar ini saya sebut 'elit', hehe

Alhamdulilláh, curcol galau selesai, jemari siap diistirahakan!!


Pendekar clingak-clinguk tak sabar untuk mencomot gendar



Meski 'elit', frittata yang sering disebut Pendekar sebagai 'bakwan' selalu dapat diandalkan saat ia males makan. Karena termasuk one dish meal, dadar ini oke untuk dimakan sebagai lauk, atau dicemil begitu saja
☺☺☺

Kamis, 16 April 2015

Ayah, Ibu dan Anak-anak

Keluarga. Seringkali disebut sebagai miniatur masyarakat-lingkungan sosial- di mana keluarga itu berada. Ia memiliki anggota, dan aturan-aturan yang dikenakan pada anggotanya. Aturan yang ada bisa jadi merupakan sebuah norma yang umum dilazimi masyarakat. Bisa pula berupa aturan yang ditetapkan kepala keluarga. Atau sebentuk kesepakatan yang dibuat dan diamini seluruh anggota keluarga.
Apalagi bagi keluarga muslim, tentunya ada nilai-nilai ideologis yang dijabarkan dalam tujuan, visi dan misi keluarga. Agar keluarga yang dicinta tak hanya bersua sementara di dunia, namun berlanjut hingga menjadi keluarga yang utuh di jannah-Nya.

Teringat satu pernyataan pada seminar parenting "Pendidikan Seks untuk Anak", 29 Maret lalu. Ibu Farida Nuraini selaku narasumber menuturkan kurang lebih begini "Suami Anda sekarang, adalah bentuk didikan orangtuanya dan pengaruh lingkungannya. Karena itu jangan semata mempermasalahkan kekurangan-kekurangannya... Ibu yang tidak tahu cara menjaga bicaranya, dan Ayah yang tidak tahu cara menjadi pemimpin keluarga..."

Saya hanya mampu mengingat potongan-potongan karena benak saya seketika melayang pada figur sebuah keluarga yang entah bagaimana cocok dengan apa yang disebutkan Bu Ida. Perihal yang saya kenang tentang keluarga itu adalah tentang anak-anaknya.

Secara lahir, dalam lingkup sosial, keluarga tersebut adalah keluarga yang banyak jasanya bagi sekitar.
Namun terasa sekali bedanya, jika yang dibicarakan adalah masalah akhlaq dan adab. Anak pertama dan kedua yang sudah berkeluarga, memang lebih 'mapan'. Lebih tahu batasan bagaimana bersikap& menjaga adab. Meski ketika di rumah, atribut adab itu bisa seketika lepas, terutama tampak pada bagaimana mereka berkata-kata sesama saudara, atau bahkan pada orangtua. Namun putra bungsu yang masih 'tercelup' aroma pergaulan masa kini, sungguh kurang sekali adabnya, di dalam maupun luar rumah.
Sangat disayangkan, mengingat semua itu secara sadar atau tidak terjadi akibat kurang bisanya orangtua berperan sebagai orangtua yang Islami.

Ya, orangtua Islami. Dalam Islam, bagaimana orangtua berkata-kata diatur dalam surah An-Nisa ayat 9 (silakan dibuka sendiri nggih, hehe).
Bayangkan jika orangtua, terutama Ibu sering berbicara buruk tentang anaknya. Sedangkan perkataan Ibu seringkali menjadi do'a yang munglin diaminkan malaikat. Miris bukan, jika bagaimana akhlaq anak kita sekarang adalah akibat perkataan kita yang kurang pas dalam mensifati anak-anak kita. "Kamu itu anak bodoh... kamu itu pemalas... kamu tidak punya sopan santun layaknya gelandangan...". Na'udzubillaahi min dzaalik. Wahai ibu, mari membenahi kembali aktivitas lisan kita...
Lalu peran ayah, yang secara khusus dituntut untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Dengan apakah keluarga dijaga dari neraka jika bukan dengan dienul haq? Lalu bagaimana jika seorang ayah abai akan syariat, dan lepas tangan dari pendidikan anak-anaknya? Sungguh, jika Alláh tidak menolong keluarga itu tentulah mereka menjadi keluarga yang hina dunia akhirat. Alláhummaghfirlanaa...

Masih ada waktu, untuk berbenah


Management

Its been so long time since I updated my blog.
Sebentuk ke-tidakbertanggungjawaban memang, salah satu imbas ketidakdisiplinan diri. Yaah... 'alaa kulli haal, semangat berbenah diupayakan hadir kembali. Sembari tulis sana-sini, coret sana-sini, mencoba kembali belajar menjadi pribadi yang 'rapi'. Bukankah keburukan yang terstruktur selalu dapat mengalahkan kebaikan yang tak terstruktur? Hiks, dan saya tak mau menjadi pribadi seperti itu. Ganbatteeee!!!!